Categories
Bahasa Betawi

Dua Suku Yang Mempengaruhi Aksen Dari Bahasa Betawi

Daftar Isi

Bahasa betawi adalah bahasa asli yang dituturkan oleh penduduk asli Jakarta. Bahasa ini memiliki aksen yang kedengarannya menarik untuk didengar. Dan aksen ini kenyataannya dipengaruhi oleh dua suku besar yang ada di nusantara. Dua suku ini memang mulanya mendiami Kota Jakarta tempo dulu. Namun harus dipahami bahwa tidak hanya dua suku itu saja yang bertempat tinggal di Jakarta. Melainkan banyak suku yang rata-rata pernah tinggal di kawasan ibukota.

Sejauh ini, masyarakat betawi agaknya terpinggirkan di tempat asalnya. Ini tak lain disebabkan oleh pembangunan besar-besaran yang terjadi di ibukota. Pembangunan ini memaksa masyarakat yang mendiaminya harus rela pergi demi menghormati kebijakan pemerintah.

Sekilas Mengenal Masyarakat Dan Bahasa Betawi

Masyarakat betawi bisa dibilang sebagai masyarakat asli yang mendiami ibukota Jakarta. Suku ini dianggap sebagai suku paling muda di tanah air. Menurut sejarah, suku ini diketahui baru muncul pada tahun 1673.
Tentunya, ini sangat berbeda jauh bila dibandingkan dengan suku-suku yang ada di bumi nusantara. Karena memang suku betawi ini terbentuk dari perpaduan suku-suku yang ada di tanah air.

Foto Dokomentasi : Bunderan HI – Dimsum Jakarta

Beberapa pakar menyebutkan kalau suku ini terbentuk dari percampuran suku di tanah air. Melalui perkawinan antara suku yang dulu mendiami rame-rame di Jakarta, akhirnya muncullah masyarakat baru yang kini dikenal dengan suku betawi.

Diantara suku-suku yang pernah mendiami ibukota Jakarta adalah Melayu, Jawa, Sunda, Arab, Makassar, Ambon, Bugis, serta Tinghoa. Sama-sama mendiami kawasan tersebut, akhirnya muncul perkawinan di antara suku tersebut. Makanya, orang betawi secara historis memiliki darah dari sejumlah suku di nusantara.
Mengenai penamawan betawi sendiri, nama ini ditengarai dari logat si penutur manakala menyebut Batavia tempo dulu. Batavia sendiri adalah nama Jakarta di masa penjajahan.

Mengenai bahasanya sendiri, bahasa betawi merupakan anak bahasa Melayu. Bahasa ini juga dipengaruhi oleh keberadaan dari suku itu sendiri. Artinya, ada unsur-unsur yang melekat di bahasa tersebut. Diantaranya adalah unsur Sunda, Jawa, Arab dan lain sebagainya.

Pada masa lampau, bahasa ini hanya digunakan oleh masyarakat menengah kebawah. Komunitas yang sering menggunakan bahasa ini di masa lampau adalah komunitas pedagang dan budak.
Namun seiring perkembangannya, kini bahasa ini telah digunakan oleh banyak orang. Apalagi bahasa dan budayanya mulai dihidupkan oleh sejumlah orang. Yang paling kentara adalah Benyamin Sueb yang getol dalam memperkenalkannya.

Ciri Khas Dari Pelafalan Kata Dalam Bahasa Betawi

Jakarta memang tidak lagi milik dari suku betawi saja. Di tengah kemodernan, suku ini malah terpinggirkan. Suku ini lebih memilih untuk mengasingkan diri di pinggiran Jakarta.

Meskipun begitu, suku ini masih menunjukkan eksistensinya. Bahkan, bahasa yang khas dan budayanya masih bisa Anda lihat. Pengenalan ini tak luput dari masyarakat betawi yang tetap menjaga kelestariannya.
Mengenai aksennya sendiri, bahasa betawi tentu saja memiliki keunikan tersendiri. Ada kekhasan sendiri yang tentunya membedakan dengan bahasa daerah lainnya. Salah satunya adalah pelafalan yang kadang memiliki kesan membentak.

Kemudian yang tak kalah penting adalah pelafalan bunyi akhir yang hampir sebagian besar selalu berubah menjadi bunyi e. Contohnya adalah kemana akan menjadi kemane.
Menariknya, siapapun bisa dengan mudah untuk mempelajari bahasa ini. Bahkan, Anda tidak akan kerepotan untuk menguasainya. Karena hampir sebagian besar bahasanya diserap dari bahasa Indonesia. Dan pelafalannya tinggal merubah bagian belakangnya menjadi e.

Dua Suku Yang Berpengaruh Pada Aksen Bahasa Betawi

Suku betawi ditengarai muncul dari perpaduan sejumlah suku di tanah air. Perpaduan beberapa suku ini lantas membentuk sebuah komunikasi yang saling disepakati sebagai bahan pemersatu. Dan bahasa betawi adalah buahnya.

Dari sekian banyak suku yang ada, hanya ada dua suku besar yang ditengarai mempengaruhi aksen dari bahasa itu sendiri. Suku yang dimaksud adalah suku Melayu dan Makasar.
Suku melayu sendiri kala itu mendiami daerah Kebayoran. Dan pengaruh yang diberikan pada bahasa ini adalah pada pelafalan bunyi sebuah kata. Pada hampir setiap kata, akhiran kata akan berbunyi e.

Bunyi e pada setiap kata ini jelas menjadi ciri khas dari bahasa Melayu sendiri. Dan ini menjadi tanda kalau suku melayu menjadi salah satu suku terbesar yang dulunya mendiami Jakarta.
Sementara suku Makasar kala itu lebih banyak mendiami daerah peisir Jakarta. Keberadaannya juga mempengaruhi gaya berbahasanya. Diantaranya adalah logat yang lucu serta cara bicara yang lebih cepat dan kesannya menggertak.

Walaupun begitu, kawasan pesisir ini masih sama dalam pelafalan kata. Ujung dari kata yang diucapkan masih berakhiran e. Hanya saja, ada penambahan kesan dari gertakan dan gaya berbicara cepat.
Sejauh ini, gaya berbahasa yang digunakan mulai menyebar ke seluruh penjuru Jakarta. Tentu saja, orang yang menuturkan adalah mereka yang merupakan masyarakat asli Jakarta tempo dulu.

Sedangkan untuk suku-suku lain tidak banyak mempengaruhi gaya bahasanya. Hanya beberapa kata serapan yang dimasukkan ke dalam bahasa komunikasinya. Contohnya adalah kata yang diserap dari bahasa arab.
Terlepas dari hal itu, kedua suku inilah yang lebih banyak memberikan pengaruh besar terhadap kemunculan bahasa tersebut. Kini, bahasa ini mulai sering terdengar di telinga masyarakat Indonesia.

Eksistensinya ini tak lain disebabkan oleh kepedulian dari masyarakat asli Jakarta itu sendiri. Para penggiatnya bahkan menunjukkan budaya yang dimiliki warga setempat. Dan ini menjadi salah satu cara agar bahasa betawi dan suku betawi tidak hilang ditelan oleh kemodernan ibukota.

By Fani Ingglis

~To be a long life learner and with ink to the cemetery~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version